Agaknya kegemaran 'Bangsa' Aceh 'menaklukkan' dunia sepertinya bukan
isapan jempol belaka. Di Paraguay, misalnya, anda bisa melihat langsung
suku Aceh ini beranak pinak di benua Amerika Latin itu.
Tentu saja fakta ini mengejutkan. Soalnya, selama ini tidak ada
informasi tentang adanya komunitas 'bangsa' Aceh, tinggal dan menetap
berjarak ribuan mil dari tanoh Aceh.
Publik hanya tahu komunitas suku Aceh, berdiam di sejumlah negara
bagian di Malaysia. Saking familiarnya, ada sejumlah daerah yang diberi
nama sama seperti di Aceh. Misalnya Kampung Keudah dan lainnya. Kecuali
itu, tidak sedikit orang Aceh yang lama sekali menjadi warga negara
Malaysia, menjadi pejabat tinggi pula di negeri jiran itu.

Selain Malaysia, komunitas 'bangsa' Aceh banyak menetap dan
menjadi warga negara Swedia. Di negeri ini, T. Hasan Di Tiro, tokoh yang
paling dicari semasa rezim represif berkuasa, mengibarkan perlawanan
hampir 30 tahun dengan Pemerintah Indonesia.
Kini cucu pejuang nasional T. Chik Di Tiro itu mulai sepuh
termakan usia. Ia tinggal di sebuah flat di sebuah kawasan yang dihuni
oleh 'bangsa' Aceh di sana.
Bagaimana di Paraguay? Andai saja Gubernur Pemerintahan Aceh yang
baru, Irwandi Yusuf tidak melawat ke negeri itu, maka tidak diketahui
kalau di Paraguay ada suku Aceh yang berdomisili di negara itu.
Boleh dibilang, Senin 19 Juli 2010 hari bersejarah. Pada hari itu,
Gubernur Irwandi Yusuf bertemu dengan pimpinan suku Aceh Paraguay di
Kantor Kementerian Luar Negeri Paraguay.
Rupanya, pertemuan itu diakui Dr. Augusto Fagel Pedrozo, ahli
antropologi budaya yang juga Presiden Del Indi, telah lama diimpikannya
saat bersama rekan lainnya melakukan penelitian mendalam tentang
keberadaan suku Aceh di Paraguay.
"Selama ini kami telah berupaya untuk mempertemukan suku Aceh di
Paraguay dengan Pemerintah Nanggroe Aceh Darussalam," ungkap Augusto
Fagel.
Untuk memujudkan pertemuan dibuat skenario. Langkah awal yang
ditempuh menyampaikan niat itu kepada pihak Kementerian Luar Negeri
Paraguay. Kemudian rencana itu disampaikan kepada Kepala Perwakilan
Pemerintahan RI di Argentina.
Momen Pagelaran Seni Budaya Aceh di Asuncion, semakin mendekatkan
impian Dr Augusto Figer cs. "Kami menilai langkah untuk mempertemukan
dua kelompok bersaudara sangat tepat seperti yang terjadi hari ini,"
kata Dr. Augusto dalam bahasa Spanyol yang didampingi Wakil Menlu
Paraguay Bidang Politik Bilateral, Ceferino Valdez Peralta dan Direktur
Asia dan Afrika, Gustavo Lopez Bello.
Sementara itu Gubernur NAD, Irwandi Yusuf dalam acara pertemuan
itu mengatakan, "dengan senang hati kami telah bertemu dengan pimpinan
suku Aceh di Paraguay menyambut antusiasme tinggi bertemu saudaranya di
negeri jauh.
"Tapi, Irwandi tadinya tidak mengetahui tentang keberadaan
suku Aceh di Paraguay. "Kami baru diberi tahu oleh pihak KBRI Argentina
menjelang keberangkatan ke sini, ada suku Aceh di Paraguay," kata
Irwandi Yusuf.
Gubernur di sela pertemuan tak lupa mengundang para pimpinan suku
Aceh di Paraguay untuk datang ke Nanggroe Aceh Darussalam meninjau
negeri asal, yang telah diting galkan dalam waktu yang sudah cukup lama.
Irwandi Yusuf berharap kepada tim peneliti yang telah melakukan
pengkajian tentang keberadaan suku Aceh di Paraguay untuk meneliti lebih
jauh lagi tentang kesamaan-kesamaan budaya antara suku Aceh di sini
dengan masyarakat Aceh di Sumatera.
"Pertemuan hari ini kami tidak merasa asing. Seolah-olah berada
di kampung sendiri. Saya perhatikan sosok tubuh suku Aceh di sini banyak
kesamaan dengan masyarakat Nanggroe Aceh Darussalam," sebut Gubernur
Aceh ini.
Misalnya, dari segi dialeg bahasa, wanita suka memakai cincin dan
aksesoris lainnya. Kalau boleh saya mengatakan pertemuan hari ini
adalah pertemuan antara adik dan kakak yang sudah lama terpisah dari
kampung halaman, katanya.
Gubernur NAD dalam pertemuan itu didampingi Kadis Kebudayaan
Provinsi NAD, Drs. Adnan Majid, Dirjen Deplu RI Amerika dan Eropa Eddy
Hariadhi serta Kepala Perwakilan RI untuk Argentina dan Paraguay, Sunten
Z.Manurung.
Juru bicara suku Aceh, Paraguay Maria Luisa Duarte, mengakui suku
Aceh di Paraguay berasal dari Aceh, Sumatera. Soal kapan persisnya dan
kenapa menetap di Paraguay, kata Maria akan dilakukan penelitian lebih
jauh lagi. "Pertemuan hari ini dengan pihak Pemerintah Nanggroe Aceh
akan lebih terjalin hubungan yang lebih mendalam lagi," pintanya.
Setelah ini diharapkan ada tindaklanjut untuk lebih mempererat
hubungan kedua komponen masyarakat Aceh ini. Maria menambahkan,
"informasi tsunami yang melanda Nanggroe Aceh Darussalam 2004 lalu
selalu menjadi ingatan kami walaupun kami belum melihat langsung
bagaimana dahsyatnya musibah yang terjadi kepada saudara-saudara kami di
Aceh, Sumatera."
Sekretaris Tim Promosi Seni Budaya Aceh, Aidi Kamal melalui
e-mailnya kepada Waspada dari Asuncion, Paraguay melaporkan, pimpinan
suku Aceh di Paraguay yang hadir dalam pertemuan itu antara lain, Maria
Luisa Duarte dan Alba Portillo Maximo dari Propinsi Central, Margarita
Mbywangi, Antonio Pepagi dan Roberto Achepurangi dari Provinsi Canindeyu
dan Ramona Takuarangi dari Provinsi Caazapa.
Aidi Kamal yang juga Staf Biro Keistimewaan Aceh Setda NAD
menambahkan, suku Aceh di Paraguay sekarang berjumlah 1.300 orang yang
tersebar di tiga provinsi di Paraguay, yaitu Provinsi Central, Provinsi
Canindeyu dan Provinsi Caazapa. "Mereka sebagian besar berprofesi
sebagai pedagang dan petani," kata Aidi Kamal.
Di akhir pertemuan, Gubernur NAD menyerahkan cenderamata berupa
rencong kepada pimpinan suku Aceh di Paraguay yang diterima Maria Luisa
Duarte. Sedangkan pimpinan suku Aceh menyerahkan cenderamata pada
Gubernur NAD hasil kerajinan mereka berupa ikan yang terukir dari kayu. |acehpedia
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih