JAKARTA | Pemangku Wali Nanggroe Malik Mahmud mengharapkan kepada para
wakil rakyat Aceh agar tidak pernah berhenti memperjuangkan
kepentingan rakyat Aceh. “Forbes adalah jembatan antara Aceh dengan
pusat untuk memperjuangkan hak-hak dan kepentingan Aceh. Selama ini kita
tidak menyadari kepentingan kita, sehingga Aceh jadi tertinggal,” kata
Malik Mahmud saat berbicara dalam pertemuan dengan Forbes di Mess Aceh,
Senin (28/5) malam. Pertemuan tersebut dipandu Ketua Forbes M Nasir
Djamil dan dihadiri seluruh anggota Forbes, kecuali Ir Nova Iriansyah
yang berhalangan.
Pertemuan itu juga dihadiri Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh terpilih dr Zaini Abdullah/Muzakir Manaf, Ketua DPRA Hasbi Abdullah dan sejumlah pengurus Partai Aceh.
Ketua Forbes Nasir Djamil mengatakan, pertemuan tersebut sangat penting untuk menyatukan langkah antara Pemerintah Aceh dengan wakil rakyat asal Aceh. “Dengan bertemu begini, banyak hal bisa kita tuntaskan terkait dengan persoalan Aceh,” kata Nasir.
Pertemuan itu membicarakan banyak hal, seperti sinkronisasi butir-butir MoU Helsinki dengan Undang-Undang Pemerintahan Aceh, RPP dan Perpres turunan UUPA yang belum tuntas, sampai kepada implimentasi PP Sabang yang masih terkendala..
Pertemuan berlangsung hingga larut malam yang didahului dengan makan malam bersama. “Tapi jangan sampai ini menjadi pertemuan terakhir,” kata Farhan Hamid. Farhan menekankan perlunya target waktu untuk menyelesaikan setiap persoalan terkait RPP turunan UUPA.
Sedangkan gubernur terpilih Zaini Abdullah menyadari tidak bisa bekerja sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan Aceh.
“Persoalan Aceh bukan hanya persoalan gubernur, tapi semua orang Aceh,” kata Zaini yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri Gerakan Aceh Merdeka.
Dia juga memberi tekanan terhadap semaian perdamaian Aceh yang harus terus dipelihara. Zaini mengibaratkan perdamaian yang telah dicapai dalam MoU Helsinki seperti bunga yang harus terus menerus disiram agar tetap mekar. “Sebab kalau tidak, akan layu dan itu tanggung jawab kita bersama,” kata Zaini.
Pertemuan itu juga dihadiri Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh terpilih dr Zaini Abdullah/Muzakir Manaf, Ketua DPRA Hasbi Abdullah dan sejumlah pengurus Partai Aceh.
Ketua Forbes Nasir Djamil mengatakan, pertemuan tersebut sangat penting untuk menyatukan langkah antara Pemerintah Aceh dengan wakil rakyat asal Aceh. “Dengan bertemu begini, banyak hal bisa kita tuntaskan terkait dengan persoalan Aceh,” kata Nasir.
Pertemuan itu membicarakan banyak hal, seperti sinkronisasi butir-butir MoU Helsinki dengan Undang-Undang Pemerintahan Aceh, RPP dan Perpres turunan UUPA yang belum tuntas, sampai kepada implimentasi PP Sabang yang masih terkendala..
Pertemuan berlangsung hingga larut malam yang didahului dengan makan malam bersama. “Tapi jangan sampai ini menjadi pertemuan terakhir,” kata Farhan Hamid. Farhan menekankan perlunya target waktu untuk menyelesaikan setiap persoalan terkait RPP turunan UUPA.
Sedangkan gubernur terpilih Zaini Abdullah menyadari tidak bisa bekerja sendiri dalam mengatasi berbagai persoalan Aceh.
“Persoalan Aceh bukan hanya persoalan gubernur, tapi semua orang Aceh,” kata Zaini yang pernah menjabat Menteri Luar Negeri Gerakan Aceh Merdeka.
Dia juga memberi tekanan terhadap semaian perdamaian Aceh yang harus terus dipelihara. Zaini mengibaratkan perdamaian yang telah dicapai dalam MoU Helsinki seperti bunga yang harus terus menerus disiram agar tetap mekar. “Sebab kalau tidak, akan layu dan itu tanggung jawab kita bersama,” kata Zaini.
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih