Adsense

Monday, June 11, 2012

Sejarah Hubungan Kerajaan Aceh dengan Kerajaan Inggris di masa lalu


Pada abad ke-16, Ratu Inggris yang paling berjaya Elizabeth I, mengirim utusannya bernama Sir James Lancester kepada Kerajaan Aceh dan pula mengirim surat bertujuan “Kepada Saudara Hamba, Raja Aceh Darussalam”, serta seperangkat perhiasan yang tinggi nilainya. Sultan Aceh kala itu menerima maksud baik “saudarinya” di Inggeris dan mengizinkan Inggris untuk berlabuh dan berdagang di wilayah kekuasaan Aceh. Bahkan Sultan juga mengirim hadiah-hadiah yang amat berharga termasuk sepasang gelang dari batu rubi dan surat yang ditulis di atas kertas yang halus dengan tinta emas. Sir James pun dianugerahi gelar “Orang Kaya Putih”. Hubungan yang misra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah meriam sebagai hadiah untuk Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal dengan nama Meriam Raja James.
Sultan Aceh pun membalas surat dari Ratu Elizabeth I. Berikut cuplikan isi surat Sultan Aceh, yang masih disimpan oleh pemerintah kerajaan Inggris, tertanggal tahun 1585:
"I am the mighty ruler of the Regions below the wind, who holds sway over the land of Aceh and over the land of Sumatra and over all the lands tributary to Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset."
terjemahan dari isi surat tersebut adalah: (Hambalah sang penguasa perkasa Negeri-negeri di bawah angin, yang terhimpun di atas tanah Aceh dan atas tanah Sumatra dan atas seluruh wilayah wilayah yang tunduk kepada Aceh, yang terbentang dari ufuk matahari terbit hingga matahari terbenam).
Hubungan yang mesra antara Aceh dan Inggris dilanjutkan pada masa Raja James I dari Inggris dan Skotlandia. Raja James mengirim sebuah meriam sebagai hadiah untuk Sultan Aceh. Meriam tersebut hingga kini masih terawat dan dikenal dengan nama Meriam Raja James
Sultan Iskandar Muda juga pernah mengirim surat kepada Raja Inggris James I pada tahun 1615 silam. Surat yang disebut sebagai “golden letter” itu ditulis dengan menggunakan bahasa Melayu dengan aksara Arab Jawi. Disebut memiliki hiasan tertua dan terindah, terbesar bahkan paling spektakuler. Sebab, selain panjangnya mencapai satu meter, surat bersampul sutra kuning asli itu ditulis dengan tinta warna emas di atas kertas jenis oriental. Surat asli tersebut sat ini berada di perpustakaan Bodlian, Oxford, Inggris.
Surat ini tiga perempat isinya melukiskan tentang keagungan Sultan Iskandar Muda (1607-1636) beserta kekayaan dan keluasan wilayah kekuasaannya, berikut adalah petikan terjemahan mukadimmah surat Sultan Islandar Muda untuk King James I :
" Surat daripada Seri Sultan Perkasa Alam Johan Berdaulat,raja yang beroleh martabat kerajaan,
yang dalam takhta kerajaan yang tiada terlihat oleh penglihat, yang tiada terdengar oleh pendengar,
yang bermahligai gading, berukir kerawang, bersendi-bersindura, bewarna sadalinggam, yang berair mas,
yang beristana sayojana menentang "-
Surat Sultan Iskandar Muda ini menjadi salah satu bentuk rekaman romantisme hubungan Kerajaan Aceh dan Inggris di masa lalu. Dan relasi seperti ini terjadi jauh-jauh hari sebelum Indonesia ataupun kerajaan-kerajaan di Nusantara memiliki hubungan dengan negara-negara Eropa. Ada yang membedakan antara hubungan antara Aceh dengan Inggris maupun negara Eropa lainnya dengan kerajaan di luar Aceh. Hubungan yang dibagun oleh Kerajaan Aceh dengan Inggris dan Eropa berbasiskan hubungan diplomatik yang egaliter, bukan dalam bentuk sebagai perwakilan daerah koloni antara tuan dan pihak jajahan.
Surat ini menjadi salah satu bukti adanya hubungan diplomatik antara Kerajaan Aceh dan Inggris. Tentu tak hanya sekadar hubungan diplomatik biasa, karena Aceh dan Inggris pernah menandatangani Perjanjian Persahabatan Abadi (Perpetual Friendship Treaty) antara Inggris dan Aceh di abad ke 17 dan diperbaharui di tahun 1811. Isi perjanjian tersebut menyatakan bahwa kedua negara berkewajiban saling membantu dari serangan pihak lain. Akan tetapi Inggris telah mengkhianati perjanjian ini ketika negara itu menandatangani Perjanjian Sumatra (Sumatran Treaty) dengan Belanda yang mengakui upaya hegemoni Belanda atas Aceh. 


Sumber :[Acehpedia.org]

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih