JAKARTA | Ketua umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin
berbicara tentang multikultural bangsa Indonesia di tengah-tengah sistem
demokrasi. Menurutnya, Malaysia boleh saja menyebut Truly Asia, tapi
Indonesia adalah Truly Indonesia.
"Tadi kita melihat beragam pertunjukkan kesenian sunda, kemudian sebelumnya tari Saman dari Aceh, ini membuktikan bahwa Indonesia negara dengan masyarakat yang multikultur. Seorang teman saya mengatakan Malaysia adalah truly Asia, tapi saya katakan Indonesia adalah truly Indonesia," kata Din dalam bahasa Inggris yang disambut tepuk tangan hadirin.
Hal itu disampaikannya dalam sambutan pada acara makan malam peserta World Peace Forum IV bersama wakil walikota Bogor di halaman Kantor Walikota Bogor, Jalan Insinyur Haji Juanda, Bogor, Sabtu, (24/11/2012). Pernyataan Din itu sebagai analogi bahwa budaya Indonesia lebih kaya dan beragam bahkan jika dibandingkan dengan budaya yang ada di Asia.
World Peace Forum IV ini adalah forum internasional yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Cheng Ho Multi Culture Trust Malaysian dan Centre For Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC). Tema yang diangkat dalam forum ini adalah 'Consolidating Multicultural Democracy'.
Sebanyak 50 tokoh dunia dari 21 negara hadir dalam forum yang digelar mulai 23-25 November di Hotel Novotel Bogor. Mereka diantaranya perwakilan tokoh politik, bisnisman, pemimpin organisasi, akademisi dan aktivis perdamaian.
"Sejak kemarin kita sudah banyak mendiskusikan tentang demokrasi multikultural. Banyak gagasan, ide yang konstruktif, sharing pengalaman dari masing-masing negara dan menurunkan wacana itu pada tataran aplikatif (bring to earth). Ada visi kita dari forum ini untuk dapat menggerakkan demokrasi multikultur di negara masing-masing," ungkap Doktor lulusan University of California itu.
"Hal ini tidak saja penting bagi Indonesia tetapi juga memahami nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat yang multikultur sangat penting bagi komunitas internasional," lanjutnya.
Banyak isu yang menjadi bahasan pembicaraan dalam tema demokrasi multikultur yang diisi oleh perwakilan tokoh dunia itu. Diantara isu yang diangkat adalah penanaman nilai demokrasi, identitas negara dan demokrasi, isu konflik Palestina-Israel, konflik Rohingnya, Urdi, konflik Mindanau, menguatnya ultra kanan di Eropa, dan lainnya.
Sementara itu, perwakilan negara yang hadir tak kurang tokoh dari 21 negara, diantaranya dari Amerika, Australia, Inggris, Italia, Sudan, Malaysia, Maroko, Jepang, Cina, dan lainnya. Acara itu rencananya akan ditutup oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada Minggu (25/11) besok.
"Tadi kita melihat beragam pertunjukkan kesenian sunda, kemudian sebelumnya tari Saman dari Aceh, ini membuktikan bahwa Indonesia negara dengan masyarakat yang multikultur. Seorang teman saya mengatakan Malaysia adalah truly Asia, tapi saya katakan Indonesia adalah truly Indonesia," kata Din dalam bahasa Inggris yang disambut tepuk tangan hadirin.
Hal itu disampaikannya dalam sambutan pada acara makan malam peserta World Peace Forum IV bersama wakil walikota Bogor di halaman Kantor Walikota Bogor, Jalan Insinyur Haji Juanda, Bogor, Sabtu, (24/11/2012). Pernyataan Din itu sebagai analogi bahwa budaya Indonesia lebih kaya dan beragam bahkan jika dibandingkan dengan budaya yang ada di Asia.
World Peace Forum IV ini adalah forum internasional yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah bekerjasama dengan Cheng Ho Multi Culture Trust Malaysian dan Centre For Dialogue and Cooperation among Civilisations (CDCC). Tema yang diangkat dalam forum ini adalah 'Consolidating Multicultural Democracy'.
Sebanyak 50 tokoh dunia dari 21 negara hadir dalam forum yang digelar mulai 23-25 November di Hotel Novotel Bogor. Mereka diantaranya perwakilan tokoh politik, bisnisman, pemimpin organisasi, akademisi dan aktivis perdamaian.
"Sejak kemarin kita sudah banyak mendiskusikan tentang demokrasi multikultural. Banyak gagasan, ide yang konstruktif, sharing pengalaman dari masing-masing negara dan menurunkan wacana itu pada tataran aplikatif (bring to earth). Ada visi kita dari forum ini untuk dapat menggerakkan demokrasi multikultur di negara masing-masing," ungkap Doktor lulusan University of California itu.
"Hal ini tidak saja penting bagi Indonesia tetapi juga memahami nilai-nilai demokrasi dalam masyarakat yang multikultur sangat penting bagi komunitas internasional," lanjutnya.
Banyak isu yang menjadi bahasan pembicaraan dalam tema demokrasi multikultur yang diisi oleh perwakilan tokoh dunia itu. Diantara isu yang diangkat adalah penanaman nilai demokrasi, identitas negara dan demokrasi, isu konflik Palestina-Israel, konflik Rohingnya, Urdi, konflik Mindanau, menguatnya ultra kanan di Eropa, dan lainnya.
Sementara itu, perwakilan negara yang hadir tak kurang tokoh dari 21 negara, diantaranya dari Amerika, Australia, Inggris, Italia, Sudan, Malaysia, Maroko, Jepang, Cina, dan lainnya. Acara itu rencananya akan ditutup oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pada Minggu (25/11) besok.
Sumber : Detik
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih