Adsense

Saturday, May 26, 2012

Tan Sri Sanusi Junid, Putra Aceh yang Jadi Menteri di Malaysia

Tan Sri Dato’ Sri Sanusi bin Junid (Foto: The New Strait Times)
Mungkin banyak di antara kita di Indonesia yang tidak menyadari sepenuhnya banyak tokoh-tokoh politik yang menduduki tampuk pimpinan di pemerintahan Malaysia berasal dari keturunan Indonesia. Sebut saja Perdana Menteri Najib Razak yang berasal dari Goa Makasar, Menteri Informasi, Komunikasi dan Kebudayaan Rais Yatim yang berdarah Minang, Menteri Pertahanan Ahmad Zahid Hamidi yang dari keturunan Jawa, dan banyak lagi pejabat Malaysia yang kalau kita selidiki hampir semuanya memiliki garis keturunan yang berasal dari wilayah di Indonesia. Aceh yang kini menjadi bagian dari negara Indonesia, juga turut menyumbang putra-putranya berkiprah dalam pemerintahan di sana. Bahkan di luar pemerintahan, banyak tokoh Malaysia yang berasal dari Aceh, seperti almarhum P. Ramlee legenda seni termasyur, S.M. Salim (penyanyi), Tan Sri Pendita Ismail Husein (sastrawan, ketua Dewan Bahasa Negara), Abdullah Husain (sastrawan negara) dan banyak lagi.
Salah seorang tokoh pemerintahan Malaysia yang berasal dari Aceh adalah Tan Sri Dato’ Sri Sanusi Junid. Beliau pernah menjadi Menteri Pertanian dan Menteri Pembangunan Negara dan Luar Bandar semasa pemerintahan PM Tun Mahathir Mohamad. Karir beliau cukup cemerlang, dimulai dari posisinya sebagai manajer Chartered Bank di Seremban dan kiprah beliau sebagai anggota partai politik UMNO telah membawa beliau menjadi anggota parlemen di usia yang muda. Beliau dilahirkan di Yan Kampung Acheh Negeri Kedah pada 10 Juli tahun 1943. Di wilayah Yan ini sejak dulu telah bertapak kumpulan masyarakat Aceh dan membentuk kampung yang dikenal dengan nama Kampung Acheh. Hingga saat ini kampung tersebut masih ada, dan diklaim sebagai satu-satunya wilayah di luar Aceh di dunia yang penduduknya masih bertutur dalam bahasa Aceh.
13314487731399602177
Kampong Acheh di Yan Kedah Malaysia

Sanusi Junid berayahkan Junid seorang rakyat Aceh yang berasal dari desa Lambhuk Aceh Besar. Junid muda pergi merantau ke tanah Melayu dan menikah di Yan Kedah dan seterusnya menetap dan bekerja di sana. Komunitas Aceh di negeri Kedah cukup ramai dan berbaur dengan masyarakat setempat dengan mesra, sehingga akhirnya diakui sebagai bagian dari bangsa Malaysia. Kondisi serupa juga berlaku di wilayah lain yang dihuni oleh komunitas pendatang dari wilayah Indonesia sekarang. Orang-orang Jawa banyak mendiami wilayah Johor, Selangor dan Perak. Sedangkan komunitas Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan dan Melaka. Menurut cerita Tan Sri Sanusi sendiri, komunitas Aceh di negeri Kedah sangat kuat keinginannya untuk maju. Pada anak-anak Aceh usia sekolah telah ditanamkan dalam benak mereka untuk belajar dengan keras. Mereka dipaksa untuk bersaing kuat dalam pembelajaran di sekolah. Targetnya, setiap ranking 1-8 dalam kelas, harus dikuasai oleh anak-anak Aceh. Jika tidak mencapai target, maka akan mendapat hukuman. Hukumannya, kalau malam tidak boleh tidur di rumah, melainkan tidur di meunasah (semacam balai di samping surau) dan sepanjang malam mengulang pelajaran dan mengaji di sana. Hasilnya memang nyata, anak-anak Aceh mendominasi dalam pelajaran di kelas-kelas. Dalam lingkungan seperti itulah Sanusi Junid dibesarkan dan tumbuh menjadi sosok yang mandiri, berkemauan keras dan cerdas tentunya. Sanusi Junid muda sangat energik, antusias dan gila kerja. Segala macam kehidupan beliau alami dalam proses pertumbuhan beliau, seperti menjadi caddy golf, membuka restauran, dan banyak lagi aktifitas yang menyumbang kepada kemandirian dan keupayaan Sanusi kelak dalam berkarir.
Profil Sanusi Junid sangat unik dan menarik untuk diketahui. Beliau mampu mengecap pendidikan tinggi di bidang perbankan di London dan Jerman tanpa mendapat bantuan beasiswa resmi dari pemerintah Malaysia, melainkan dengan usaha-usaha dan lobi pribadi yang dimilikinya. Pergaulannya yang luas dan luwes telah membawa beliau mengenal banyak kalangan di banyak bidang. Sebagai tokoh muda organisasi beliau telah lama mengenal tokoh muda Indonesia di masanya, seperti Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Amin Rais, dan lain-lain.
Dengan mantan PM Tun Mahathir Mohamad, beliau ternyata telah saling mengenal lama. Beliau berjumpa dengan Dr. Mahathir di Langkawi Kedah, ketika beliau berusia 13 tahun dan sakit gigi dibawa oleh ayahnya Junid ke praktik dokter Mahathir. Di situlah pertemuan pertama Sanusi dengan dokter Mahathir muda yang masih berpraktek sebagai dokter umum di sana. Hubungan mereka terus bersambung dengan manis ibarat hubungan bapak-anak sampai sekarang. Sanusi Junid sangat kagum kepada personaliti Mahathir, dan kesetiaan Sanusi terhadap Mahathir sangat kentara sampai kini.
13314488821515402277
Tan Sri Sanusi Junid bersama sang mentor Tun Dr. Mahathir Mohamad (Foto: IAAS)
Sebagai putra Aceh, beliau sangat bangga dengan tanah leluhurnya. Dibuktikan dengan kefasihan beliau dalam bertutur bahasa Aceh. Hubungannya yang harmonis dengan tokoh-tokoh Aceh telah mencuri hati Teungku Daud Beureu-eh (pemimpin ulama kharismatik Aceh dan pernah menjadi Gubernur Militer Aceh, Karo dan Langkat di masa Sukarno) untuk menjadikan cucunya sebagi istri Sanusi. Perkawinan mereka dilangsungkan di Jakarta pada tahun 1971 dan dihadiri oleh tokoh-tokoh politik Indonesia seperti Mohamad Hatta, Muhammad Natsir, Syafrudin Prawiranegara dan lain-lain.
Jabatan prestisius terakhir yang beliau emban adalah sebagai Presiden Universiti Islam Antarbangsa Malaysia (UIAM) antara tahun 2000-2008. Dan tahun lalu beliau mendapat anugerah Doktor Honoris Causa dari Universiti Utara Malaysia. Kini, di hari tuanya, memasuki usia 70-an tahun, beliau masih tetap sehat dan aktif dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Beliau masih sering memberi ceramah dan nasihat kepada para pelajar Aceh yang belajar di Malaysia, memompa semangat kaum muda Aceh untuk belajar sungguh-sungguh dan nantinya kembali ke Aceh untuk mengabdi dan membangun Aceh yang lebih baik di masa depan.
Di sela-sela waktu yang luang beliau aktif menulis blog di www.sanusijunid.blogspot.com, yang berisi tulisan beliau tentang pengalaman beliau selama mengabdi membangun negara Malaysia. Banyak juga pengalaman beliau yang bersentuhan dengan Indonesia ditulis dalam blog tersebut, sehingga dapat menjadi rujukan berharga kepada kita di Indonesia untuk melihat sudut lain hubungan Indonesia-Malaysia. Bahkan salah satu tulisan beliau khusus mengangkat tentang hubungan dengan Indonesia dari perspektif pribadi beliau, dan cukup banyak lagi tulisan yang berisi pengalaman pribadi beliau yang bersentuhan langsung dengan tokoh-tokoh utama pemerintah Indonesia, seperti Pak Harto, Habibie, A.R. Ramly, Bustanil Arifin, Sudharmono, LB Murdani, Try Sutrisno, dan banyak lagi. Kisah beliau tersebut direkam dalam sebuah tulisan panjang diberi judul Om Bus Dalam Kenangan.
Melihat pengalaman dan sejarah ketokohan Tan Sri Sanusi Junid selama ini, cukup layak jika beliau kita nobatkan sebagai salah seorang tokoh serumpun Indonesia-Malaysia.

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih