Adsense

Sunday, July 8, 2012

Muzakir Manaf, Dari Pengawal Presiden Khadafi Sampai Menjadi Wakil Gubernur Aceh


Muzakir Manaf (Mualem)
Siapa Tahu, siapa sangka ketika Allah menghendakinya. Muzakir Manaf, seorang anak petani asal Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Senin (25/6) hari ini dia dengan memakai pakaian serba putih dinobatkan oleh Mendagri RI Gamawan Fauzi SH, MM sebagai Wakil Gubernur Aceh mendampingi dr H Zaini Abdullah sebagai gubernur pilihan rakyat Aceh.
 
Mengingat tentang kisah perjuangan Muzakir Manaf sarat dengan cerita, betapa tidak..? lebih 30 tahun konflik Aceh. Muzakir Manaf ikut sebagai sutradara memperjuangkan Aceh yang dinilai terabai dari pandangan pemerintah pusat. Akibatnya, sebagian besar masyarakat Aceh terbelenggu dengan jeratan kemiskinan. Melihat kondisi ekonomi Aceh makin tidak menentu, kekayaan alam minyak dan Gas diangkut ke berbagai Negara dengan hasilnya melimpah ruah, namun kondisi Ekonomi Aceh tetap tidak berubah.

Beranjak dari itulah Muzakir Manaf setelah membaca buku sejarah tentang perjuangan Aceh karangan Wali Nanggroe tentang sejarah Aceh, Muzakir yang lebih dikenal dengan sebutan Mualim punya niat bagaimana Aceh ini bisa menjadi maju ke depan dari berbagai bidang. Akhirnya mulai umur 19 tahun, Muzakir Manaf mengaku bergabung dan ikut dengan pasukan Gerakan Atjeh Merdeka (GAM). Sebelumnya perjuangan tesebut memang telah dilakukan pejuang Aceh yang penggerakan secara rahasia, dengan namanya "Atjeh Merdeka" (AM), kata Wartawan Senior Ibrahim Achmad alias Abu Beurahim menceritakan kembali kisah Muzakir Manaf yang pernah diceritakan padanya.

Memang, sebelumnya saat pertama bangkitnya Atjeh Merdeka Panglima AM di Wilayah Pase Tgk Muhammad Jamil Syam (alm), warga Desa Matang Maneh Kecamatan Yanah Jambo Aye Aceh Utara. Tapi, pensiunan TNI itu dinilai tak mampu melewati rintangan serta penekanan dari pihak tentara RI waktu itu masih dibawah Pemerintah Presiden Suharto. Saat itu Gubernurnya Tgk Mahmud Husen lebih dikenal dengan Ayah Sabi yang Syahid ditembak TNI masa konflik, sementara M Jamil Syam menyerah diri kepada aparat keamanan TNI melalui Danramil Pantonlabu yang kemudian dibawa ke Makodim 0103 Aceh Utara.
Pasca menyerahnya panglima pertama itu, kata Ibrahim Perintis Persatuan Wartawan Aceh (PWA) mengukir balik sejarah AM yang lebih dikenal dengan sebutan GAM, mandate Panglima dipangku oleh Tgk M Yusuf Ali alias Usop Ali. Begitu jabatan tertinggi dijajaran Pase dipangku M Yusuf Alilangsung merubah strategi serta nama dari sebelumnya Aceh Merdeka (AM) menjadi Gerakan Atjeh Merdeka (GAM). Namun waktu itu, kondisi Aceh makin mendidih hingga akhirnya Panglima M Yusuf Ali Syahid dalam pertempuran di kawasan Teupin Mane Kabupaten Bireuen, sementara jenazahnya di bawa pulang ke Rancong dan di kebumikan di makam Rancong Kecamatan Muara Satu Lhokseumawe.

Setelah M Yusuf meninggal dalam sebuah pertempuran sengit, GAM tidak patah semangat, tetap melakukan perlawanan secara gerilya. Kemudian kembali tongkat estafet GAM diserahkan kepada Tgk Abdullah Syafii asal Pidie yang juga Syahid dalam pertempuran kontak tembak dengan tentara Pemerintah RI. “Patah tumbuh hilang berganti, patah satu tumbuh seribu” begitu tekatnya GAM dalam perjuangannya membela kemakmuran dan membangkit ekonomi rakyat Aceh.


Mengutip keterangan Muzakir Manaf, awal mula putra kelahiran Desa Mane Kawan Seunuddon itu sejak umur 19 tahun. Pertama   dengan GAM, tiap hari dia mengikuti latihan fisik dan latihan meliter secara bergerilya di Aceh. Setelah beberapa bulan kemudian, dia terpilih untuk dikirim ke Luar Negeri meningkatkan latihan dengan sejumlah pemuda Aceh lainnya dikirim ke Libya.
Nah, sesampainya di Negara Muammar Khadafi itu, Muzakir mendapat latihan meliter sangat berat, tegas dan sungguh disiplin, dalam latihan selain menggunakan berbagai jenis senjata, juga diajarin sistem perang gerilya. Sungguh berat latihannya dan disiplin, sedikit saja melakukan kesalahan, semua dalam kelompok itu kena hukuman disiplin.

Entah bagaimana, dalam kelompok puluhan anggota yang telah menjalani beberapa bulan Muzakir tak terbayangkan dirinya terpilih menjadi Pengawal Presiden Libya Muammar Khadafi. Namun, sekitar tiga tahun jadi pengawal Presiden Libya, kemudian mendapat perintah untuk pulang ke Aceh, membangun Aceh dengan melanjutkan perjuangan menuntut kemerdekaan Aceh dan mensejahterakan rakyat mendampingi Tgk Abdullah Syafii. Pulang ke Aceh mendapat perintah dan kepercayaan langsung dari Pimpinan tertinggi Tgk Muhammad Hasan Ditiro (alm) sebagai Wali nanggroe, tapi ada 20-an lebih pemuda yang telah mengecap pendidikan meliter di Libya persisnya di "Tripoli" harus pulang ke Atjeh. Kini banyak rekan saya telah menjadi almarhum, semoga Allah mengampuni dosanya, ujar Muzakir mengenang menceritakan pada Abu Beurahim.
Tiba di Acehi Muzakir dan temannya lain eks Libya dapat tugas mengatur strategi dengan berbagai teknik akhirnya setelah Abdullah Syafii Syahid, Muzakir melanjutkan perjuangan, hingga pada akhirnya dengan MoU Helsinki 15 Agustus 2005. Pasca MoU kendati tak ada cita-cita masa kecil, tapi Muzakir mendapat kepercayaan dari rakyat aceh jadi pemimpin nomor dua sebagai Wakil Gubernur yang Senin hari ini dilantik Mendagri RI. Kruuuuuseumangat, selamat atas pelantikan semoga Aceh “Makmu Beusare ade Beurata, Nanggroe beumeu Asee bekna pake ngon syedara.”  [acehnationalpost.com]

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih