![]() |
Muzakir Manaf (Mualem) |
Siapa
Tahu, siapa sangka ketika Allah menghendakinya. Muzakir Manaf, seorang
anak petani asal Kecamatan Seunuddon, Aceh Utara. Senin (25/6) hari ini
dia dengan memakai pakaian serba putih dinobatkan oleh Mendagri RI
Gamawan Fauzi SH, MM sebagai Wakil Gubernur Aceh mendampingi dr H Zaini
Abdullah sebagai gubernur pilihan rakyat Aceh.
Mengingat
tentang kisah perjuangan Muzakir Manaf sarat dengan cerita, betapa
tidak..? lebih 30 tahun konflik Aceh. Muzakir Manaf ikut sebagai
sutradara memperjuangkan Aceh yang dinilai terabai dari pandangan
pemerintah pusat. Akibatnya, sebagian besar masyarakat Aceh terbelenggu
dengan jeratan kemiskinan. Melihat kondisi ekonomi Aceh makin tidak
menentu, kekayaan alam minyak dan Gas diangkut ke berbagai Negara dengan
hasilnya melimpah ruah, namun kondisi Ekonomi Aceh tetap tidak berubah.
Beranjak
dari itulah Muzakir Manaf setelah membaca buku sejarah tentang
perjuangan Aceh karangan Wali Nanggroe tentang sejarah Aceh, Muzakir
yang lebih dikenal dengan sebutan Mualim punya niat bagaimana Aceh ini
bisa menjadi maju ke depan dari berbagai bidang. Akhirnya mulai umur 19
tahun, Muzakir Manaf mengaku bergabung dan ikut dengan pasukan Gerakan
Atjeh Merdeka (GAM). Sebelumnya perjuangan tesebut memang telah
dilakukan pejuang Aceh yang penggerakan secara rahasia, dengan namanya
"Atjeh Merdeka" (AM), kata Wartawan Senior Ibrahim Achmad alias Abu
Beurahim menceritakan kembali kisah Muzakir Manaf yang pernah
diceritakan padanya.
Memang,
sebelumnya saat pertama bangkitnya Atjeh Merdeka Panglima AM di Wilayah
Pase Tgk Muhammad Jamil Syam (alm), warga Desa Matang Maneh Kecamatan
Yanah Jambo Aye Aceh Utara. Tapi, pensiunan TNI itu dinilai tak mampu
melewati rintangan serta penekanan dari pihak tentara RI waktu itu masih
dibawah Pemerintah Presiden Suharto. Saat itu Gubernurnya Tgk Mahmud
Husen lebih dikenal dengan Ayah Sabi yang Syahid ditembak TNI masa
konflik, sementara M Jamil Syam menyerah diri kepada aparat keamanan TNI
melalui Danramil Pantonlabu yang kemudian dibawa ke Makodim 0103 Aceh
Utara.
Pasca
menyerahnya panglima pertama itu, kata Ibrahim Perintis Persatuan
Wartawan Aceh (PWA) mengukir balik sejarah AM yang lebih dikenal dengan
sebutan GAM, mandate Panglima dipangku oleh Tgk M Yusuf Ali alias Usop
Ali. Begitu jabatan tertinggi dijajaran Pase dipangku M Yusuf
Alilangsung merubah strategi serta nama dari sebelumnya Aceh Merdeka
(AM) menjadi Gerakan Atjeh Merdeka (GAM). Namun waktu itu, kondisi Aceh
makin mendidih hingga akhirnya Panglima M Yusuf Ali Syahid dalam
pertempuran di kawasan Teupin Mane Kabupaten Bireuen, sementara
jenazahnya di bawa pulang ke Rancong dan di kebumikan di makam Rancong
Kecamatan Muara Satu Lhokseumawe.
Setelah
M Yusuf meninggal dalam sebuah pertempuran sengit, GAM tidak patah
semangat, tetap melakukan perlawanan secara gerilya. Kemudian kembali
tongkat estafet GAM diserahkan kepada Tgk Abdullah Syafii asal Pidie
yang juga Syahid dalam pertempuran kontak tembak dengan tentara
Pemerintah RI. “Patah tumbuh hilang berganti, patah satu tumbuh seribu”
begitu tekatnya GAM dalam perjuangannya membela kemakmuran dan
membangkit ekonomi rakyat Aceh.
Mengutip
keterangan Muzakir Manaf, awal mula putra kelahiran Desa Mane Kawan
Seunuddon itu sejak umur 19 tahun. Pertama dengan GAM, tiap hari dia
mengikuti latihan fisik dan latihan meliter secara bergerilya di Aceh.
Setelah beberapa bulan kemudian, dia terpilih untuk dikirim ke Luar
Negeri meningkatkan latihan dengan sejumlah pemuda Aceh lainnya dikirim
ke Libya.
Nah,
sesampainya di Negara Muammar Khadafi itu, Muzakir mendapat latihan
meliter sangat berat, tegas dan sungguh disiplin, dalam latihan selain
menggunakan berbagai jenis senjata, juga diajarin sistem perang gerilya.
Sungguh berat latihannya dan disiplin, sedikit saja melakukan
kesalahan, semua dalam kelompok itu kena hukuman disiplin.
Entah
bagaimana, dalam kelompok puluhan anggota yang telah menjalani
beberapa bulan Muzakir tak terbayangkan dirinya terpilih menjadi
Pengawal Presiden Libya Muammar Khadafi. Namun, sekitar tiga tahun jadi
pengawal Presiden Libya, kemudian mendapat perintah untuk pulang ke
Aceh, membangun Aceh dengan melanjutkan perjuangan menuntut kemerdekaan
Aceh dan mensejahterakan rakyat mendampingi Tgk Abdullah Syafii. Pulang
ke Aceh mendapat perintah dan kepercayaan langsung dari Pimpinan
tertinggi Tgk Muhammad Hasan Ditiro (alm) sebagai Wali nanggroe, tapi
ada 20-an lebih pemuda yang telah mengecap pendidikan meliter di Libya
persisnya di "Tripoli" harus pulang ke Atjeh. Kini banyak rekan saya
telah menjadi almarhum, semoga Allah mengampuni dosanya, ujar Muzakir
mengenang menceritakan pada Abu Beurahim.
Tiba
di Acehi Muzakir dan temannya lain eks Libya dapat tugas mengatur
strategi dengan berbagai teknik akhirnya setelah Abdullah Syafii Syahid,
Muzakir melanjutkan perjuangan, hingga pada akhirnya dengan MoU
Helsinki 15 Agustus 2005. Pasca MoU kendati tak ada cita-cita masa
kecil, tapi Muzakir mendapat kepercayaan dari rakyat aceh jadi pemimpin
nomor dua sebagai Wakil Gubernur yang Senin hari ini dilantik Mendagri
RI. Kruuuuuseumangat, selamat atas pelantikan semoga Aceh “Makmu Beusare
ade Beurata, Nanggroe beumeu Asee bekna pake ngon syedara.” [acehnationalpost.com]
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih