Kamis, 27 Desember 2012, masyarakat Aceh memperingati Haul
Sultan Iskandar Muda ke-376. Banyak kisah kejayaan yang dicatat pada
masa ia memerintah. Namun, pewarisnya juga meminta sejarah diluruskan.
_________________________________________________________________________________
Puluhan pria memakai baju putih duduk melingkari makam Sultan Iskandar
Muda di Gedung Juang, Banda Aceh, Kamis 27 Desember 2012. Beberapa di
antaranya memakai baju kemeja berwarna sembarang. Mereka terlihat
khusyuk merapal kalam ilahi melalui samadiah memperingati Haul Sultan
Iskandar Muda ke-376.
Samadiah dimulai dan dipimpin oleh Teungku Muhammad Rizal dari
Pesantren Ulee Titi Lambaro, Aceh Besar, pada pukul 10.35 WIB. Terlihat
di antara peserta samadiah ini Tuanku Raja Yusuf keturunan Sultan
Alaidin Daod Syah, Raja Ubit Ashabul Yamin Panglima Polem dari generasi
Raja Pakeh, Said Muslem al Bahsin cucu Mufti Kerajaan Aceh. Selain itu,
juga ada perwakilan dari Disbudpar Aceh dan Disbudpar Kota Banda Aceh.
Sultan Iskandar Muda mangkat pada 29 Rajab 1046 H atau 27 Desember
1636. Sultan merupakan salah satu Raja Aceh yang berhasil mengembangkan
dan memperluas wilayah kekuasaan Aceh hingga ke Malaysia dan Sumatera
Utara, serta Sumatera Barat.
Wilayah kekuasaan Iskandar Muda ini dapat diketahui melalui isi surat
Sultan Iskandar Muda kepada Raja Louis XIII dari Perancis. Surat ini
dilampirkan oleh Denys Lombard dalam bukunya Kerajaan Aceh (Zaman Sultan
Iskandar Muda 1607-1636).
“Lettre du grand Siri Sultan, vainqueur et conquesteur avee Paide
de Dieu, de Plusieurs Royaumes, Roy d’Achen et par la faveur de Dieu, de
toutes les terres qui en sont au levant et au couchant. Du levant, le
Royaume, terres et seigneuries de Deli; le Royaume de Ior avec ses
terres et seigneuries; le Royaume de Paham, le Royaume de Queda et le
Royaume de Pera avec leurs terres et seigneuries. Du couchant, le
Royaume et territoire de Priaman, le Royaume et territoire de Ticou; le
Royaume et territoire de Passaman.”
(Surat
dari Sri Sultan yang agung, yang berkat bantuan Allah telah menaklukkan
dan menundukkan beberapa kerajaan, Raja Aceh dan, dengan rahmat Allah,
Raja semua tanah di masyrik dan maghrib. Di masyrik, kerajaan, daerah
dan tanah-tanah Deli; Kerajaan Johor beserta daerah dan tanah-tanahnya;
Kerajaan Pahang, Kerajaan Kedah dan Kerajaan Perak bersama daerah dan
tanah-tanahnya. Di maghrib, Kerajaan dan wilayah Priaman, Kerajaan dan
Wilayah Tiku; Kerajaan dan Wilayah Pasaman.)
Berdasarkan rujukan dari berbagai penziarah dan pedagang asing, masa
pemerintahan Sultan Iskandar Muda penuh kejayaan. Ketika itu, Aceh
memiliki mata uang terbuat dari emas kendati bentuknya masih kasar.
Selain itu, Aceh juga memiliki armada laut yang galias-nya (kapal)
berukuran besar. Bahkan ada satu di antaranya, tercatat sebagai galias
terbesar yang dinamakan Espanto del Mundo atau Cakra Donya (terror
dunia). Hal tersebut diceritakan Faria y Sousa, salah satu armada
Portugis yang ikut dalam peperangan saat menghadapi galias terbesar itu.
Masa Sultan Iskandar Muda juga dikabarkan mempunyai sejumlah
kebudayaan, seperti Masjid Raya Baiturrahman, Istana Darud Dunia,
Gunongan, hikayat Aceh, dan karya sufi. Di masa Iskandar Muda juga telah
berkembang tari-tarian yang disuguhkan kepada tamu asing, seperti kisah
Kapten Jenderal Beaulieu dari Kerajaan Perancis.
Sultan Iskandar Muda juga memiliki angkatan perang yang kuat. Selain
armada laut dengan pasukan maritim-nya yang terkenal di Selat Malaka,
Sultan Iskandar Muda juga memiliki kavaleri gajah. Dia juga memiliki
pasukan khusus yang ditakuti dan selalu berlatih istinggar di istana.
Istinggar adalah senapan sundut (membunyikannya dengan disulut).
***
Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda keturunan Raja Darul Kamal,
sedangkan dari pihak leluhur ayah merupakan keturunan keluarga Raja
Mahkota Alam. Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, yang juga dinamai
Paduka Syah Alam. Indra Bangsa anak Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh
ke-10.
Seperti dikutip buku Singa Atjeh (Biographi Seri Sulthan Iskandar Muda) yang ditulis H.M. Zainuddin, Sultan lskandar Muda lahir pada 1593. Pada masa bayinya, ia sering disebut Tun Pangkat Darma Wangsa.
Seperti dikutip buku Singa Atjeh (Biographi Seri Sulthan Iskandar Muda) yang ditulis H.M. Zainuddin, Sultan lskandar Muda lahir pada 1593. Pada masa bayinya, ia sering disebut Tun Pangkat Darma Wangsa.
Iskandar Muda dibesarkan dalam lingkungan keluarga istana. Sejak kecil,
ia telah mengetahui seluk-beluk kehidupan adat dan tata krama dalam
istana, seperti tentang sopan santun antaranggota keluarga raja, dan
etika dalam urusan penyambutan tamu.
Sejak
usia empat tahun, Iskandar kecil telah diajarkan berbagai ilmu
pengetahuan, khususnya agama. Ia diajarkan langsung oleh seorang ulama.
Selain dia, juga diikutsertakan teman-temannya yang lain untuk belajar
bersamanya.
Ketika usianya mencapai balig, ayahnya menyerahkan Iskandar Muda
bersama beberapa orang budak pengiringnya kepada Teungku di Bitai.
Semenjak Sultan Alaudin Riayat Syah kakek Sultan Iskandar Muda mangkat,
suasana kerajaan Aceh mengalami konflik perebutan tahta. Anak-anak
sultan ini saling melancarkan serangan, bahkan melupakan posisi Sultan
Iskandar Muda.
Kemudian, pada masa-masa Iskandar telah mampu berpikir dan bermain
dalam percaturan politik di Aceh ketika itu, pamannya Ali Riayat Syah
yang berhasil merebut kekuasaan terpaksa menyerahkan tampuk pimpinan
pada keponakannya, seorang cucu yang paling disayang oleh Alauddin
Riayat Syah. Sejak saat itu, tampuk kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam
berada di tangan Iskandar Muda yang berusia 24 tahun.
Sultan Iskandar Muda menjadi raja pada awal April 1607. Ia lalu menikah
dengan putri Kesultanan Pahang, yang kemudian dijuluki dengan nama
Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang sultan pada istrinya,
ia memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman
Istana) sebagai tanda cintanya.
Kabarnya, sang putri selalu sedih karena memendam rindu yang amat
sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu,
sultan membangun Gunongan untuk mengobati rindu sang putri. Hingga saat
ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.
Sultan Iskandar Muda mangkat pada 29 Rajab 1046 H atau 27 Desember
1636. Dia kemudian digantikan Sultan Iskandar Tsani, suami Putri Tajul
Alam. Iskandar Tsani merupakan anak pungut Sultan Iskandar Muda dari
Kerajaan Johor.
***
Usai mengikuti samadiah, Raja Ubit cucu Sultan Iskandar Muda generasi
ke-13 mengharapkan agar sejarah Aceh diluruskan. Hal tersebut
disampaikannya kepada The Atjeh Times pada Kamis 27 Desember 2012.
Menurutnya, ada beberapa sejarah mengenai kesultanan Aceh yang tidak
benar. Namun, dirinya tidak mengatakan akurasi ketidakbenaran tersebut.
"Informasi yang beredar tentang silsilah Kerajaan Aceh masih samar,
perlu ada pelurusan sejarah," kata cicit Iskandar Muda itu. Dia
menjelaskan saat ini masih menyimpan bukti warisan Kerajaan Aceh, yaitu
rencong pusaka dan cap sikureung. “Ini merupakan bukti pewarisan tahta
Kerajaan Aceh,” kata dia.
Source : The Atjeh Post / The Atjeh Times
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih