Adsense

Tuesday, January 1, 2013

Surat Sultan Iskandar Muda Untuk Raja Perancis


Kamis, 27 Desember 2012, masyarakat Aceh memperingati Haul Sultan Iskandar Muda ke-376. Banyak kisah kejayaan yang dicatat pada masa ia memerintah. Namun, pewarisnya juga meminta sejarah diluruskan.
_________________________________________________________________________________
Puluhan pria memakai baju putih duduk melingkari makam Sultan Iskandar Muda di Gedung Juang, Banda Aceh, Kamis 27 Desember 2012.  Beberapa di antaranya memakai baju kemeja berwarna sembarang. Mereka terlihat khusyuk merapal kalam ilahi melalui samadiah memperingati Haul Sultan Iskandar Muda ke-376.
Samadiah dimulai dan dipimpin oleh Teungku Muhammad Rizal dari Pesantren Ulee Titi Lambaro, Aceh Besar, pada pukul 10.35 WIB. Terlihat di antara peserta samadiah ini Tuanku Raja Yusuf keturunan Sultan Alaidin Daod Syah, Raja Ubit Ashabul Yamin Panglima Polem dari generasi Raja Pakeh, Said Muslem al Bahsin cucu Mufti Kerajaan Aceh. Selain itu, juga ada perwakilan dari Disbudpar Aceh dan Disbudpar Kota Banda Aceh.
Sultan Iskandar Muda mangkat pada 29 Rajab 1046 H atau 27 Desember 1636. Sultan merupakan salah satu Raja Aceh yang berhasil mengembangkan dan memperluas wilayah kekuasaan Aceh hingga ke Malaysia dan Sumatera Utara, serta Sumatera Barat.
Wilayah kekuasaan Iskandar Muda ini dapat diketahui melalui isi surat Sultan Iskandar Muda kepada Raja Louis XIII dari Perancis. Surat ini dilampirkan oleh Denys Lombard dalam bukunya Kerajaan Aceh (Zaman Sultan Iskandar Muda 1607-1636).

Lettre du grand Siri Sultan, vainqueur et conquesteur avee Paide de Dieu, de Plusieurs Royaumes, Roy d’Achen et par la faveur de Dieu, de toutes les terres qui en sont au levant et au couchant. Du levant, le Royaume, terres et seigneuries de Deli; le Royaume de Ior avec ses terres et seigneuries; le Royaume de Paham, le Royaume de Queda et le Royaume de Pera avec leurs terres et seigneuries. Du couchant, le Royaume et territoire de Priaman, le Royaume et territoire de Ticou; le Royaume et territoire de Passaman.”

 















(Surat dari Sri Sultan yang agung, yang berkat bantuan Allah telah menaklukkan dan menundukkan beberapa kerajaan, Raja Aceh dan, dengan rahmat Allah, Raja semua tanah di masyrik dan maghrib. Di masyrik, kerajaan, daerah dan tanah-tanah Deli; Kerajaan Johor beserta daerah dan tanah-tanahnya; Kerajaan Pahang, Kerajaan Kedah dan Kerajaan Perak bersama daerah dan tanah-tanahnya. Di maghrib, Kerajaan dan wilayah Priaman, Kerajaan dan Wilayah Tiku; Kerajaan dan Wilayah Pasaman.)

Berdasarkan rujukan dari berbagai penziarah dan pedagang asing, masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda penuh kejayaan. Ketika itu, Aceh memiliki mata uang terbuat dari emas kendati bentuknya masih kasar. Selain itu, Aceh juga memiliki armada laut yang galias-nya (kapal) berukuran besar. Bahkan ada satu di antaranya, tercatat sebagai galias terbesar yang dinamakan Espanto del Mundo atau Cakra Donya (terror dunia). Hal tersebut diceritakan Faria y Sousa, salah satu armada Portugis yang ikut dalam peperangan saat menghadapi galias terbesar itu.

Masa Sultan Iskandar Muda juga dikabarkan mempunyai sejumlah kebudayaan, seperti Masjid Raya Baiturrahman, Istana Darud Dunia, Gunongan, hikayat Aceh, dan karya sufi. Di masa Iskandar Muda juga telah berkembang tari-tarian yang disuguhkan kepada tamu asing, seperti kisah Kapten Jenderal Beaulieu dari Kerajaan Perancis.
Sultan Iskandar Muda juga memiliki angkatan perang yang kuat. Selain armada laut dengan pasukan maritim-nya yang terkenal di Selat Malaka, Sultan Iskandar Muda juga memiliki kavaleri gajah. Dia juga memiliki pasukan khusus yang ditakuti dan selalu berlatih istinggar di istana. Istinggar adalah senapan sundut (membunyikannya dengan disulut).
***
Dari pihak leluhur ibu, Iskandar Muda keturunan Raja Darul Kamal, sedangkan dari pihak leluhur ayah merupakan keturunan keluarga Raja Mahkota Alam. Ibunya bernama Putri Raja Indra Bangsa, yang juga dinamai Paduka Syah Alam. Indra Bangsa anak Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ke-10.
Seperti dikutip buku Singa Atjeh (Biographi Seri Sulthan Iskandar Muda) yang ditulis H.M. Zainuddin, Sultan lskandar Muda lahir pada 1593. Pada masa bayinya, ia sering disebut Tun Pangkat Darma Wangsa.
Iskandar Muda dibesarkan dalam lingkungan keluarga istana. Sejak kecil, ia telah mengetahui seluk-beluk kehidupan adat dan tata krama dalam istana, seperti tentang sopan santun antaranggota keluarga raja, dan etika dalam urusan penyambutan tamu.
 
















Sejak usia empat tahun, Iskandar kecil telah diajarkan berbagai ilmu pengetahuan, khususnya agama. Ia diajarkan langsung oleh seorang ulama. Selain dia, juga diikutsertakan teman-temannya yang lain untuk belajar bersamanya.
Ketika usianya mencapai balig, ayahnya menyerahkan Iskandar Muda bersama beberapa orang budak pengiringnya kepada Teungku di Bitai.
Semenjak Sultan Alaudin Riayat Syah kakek Sultan Iskandar Muda mangkat, suasana kerajaan Aceh mengalami konflik perebutan tahta. Anak-anak sultan ini saling melancarkan serangan, bahkan melupakan posisi Sultan Iskandar Muda.
Kemudian, pada masa-masa Iskandar telah mampu berpikir dan bermain dalam percaturan politik di Aceh ketika itu, pamannya Ali Riayat Syah yang berhasil merebut kekuasaan terpaksa menyerahkan tampuk pimpinan pada keponakannya, seorang cucu yang paling disayang oleh Alauddin Riayat Syah. Sejak saat itu, tampuk kekuasaan Kerajaan Aceh Darussalam berada di tangan Iskandar Muda yang berusia 24 tahun.
Sultan Iskandar Muda menjadi raja pada awal April 1607. Ia lalu menikah dengan putri Kesultanan Pahang, yang kemudian dijuluki dengan nama Putroe Phang. Konon, karena terlalu cintanya sang sultan pada istrinya, ia memerintahkan pembangunan Gunongan di tengah Medan Khayali (Taman Istana) sebagai tanda cintanya.
Kabarnya, sang putri selalu sedih karena memendam rindu yang amat sangat terhadap kampung halamannya yang berbukit-bukit. Oleh karena itu, sultan membangun Gunongan untuk mengobati rindu sang putri. Hingga saat ini Gunongan masih dapat disaksikan dan dikunjungi.
Sultan Iskandar Muda mangkat pada 29 Rajab 1046 H atau 27 Desember 1636. Dia kemudian digantikan Sultan Iskandar Tsani, suami Putri Tajul Alam. Iskandar Tsani merupakan anak pungut Sultan Iskandar Muda dari Kerajaan Johor.
***
Usai mengikuti samadiah, Raja Ubit cucu Sultan Iskandar Muda generasi ke-13 mengharapkan agar sejarah Aceh diluruskan. Hal tersebut disampaikannya kepada The Atjeh Times pada Kamis 27 Desember 2012.
Menurutnya, ada beberapa sejarah mengenai kesultanan Aceh yang tidak benar. Namun, dirinya tidak mengatakan akurasi ketidakbenaran tersebut.
"Informasi yang beredar tentang silsilah Kerajaan Aceh masih samar, perlu ada pelurusan sejarah," kata cicit Iskandar Muda itu. Dia menjelaskan saat ini masih menyimpan bukti warisan Kerajaan Aceh, yaitu rencong pusaka dan cap sikureung. “Ini merupakan bukti pewarisan tahta Kerajaan Aceh,” kata dia.


Source : The Atjeh Post / The Atjeh Times

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih