Gubernur Zaini Abdullah didampingi Pemangku Wali Nanggroe Malek Mahmud melakukan pertemuan dengan Duta Besar Norwegia, Swedia, Finlandia dan Denmark di Pendopo Gubernur, Senin (4/2). |
Banda Aceh | Duta Besar (Dubes) dari empat negara Eropa Utara atau
Skandinavia untuk Indonesia masing-masing Swedia, Norwegia, Denmark dan
Finlandia, melakukan kunjungan kerja selama dua hari ke Provinsi Aceh,
mulai Senin (4/2).
Mereka
melakukan pertemuan dengan Gubernur Zaini Abdullah serta para Kepala
Satuan Kerja Pemerintah Aceh (SKPA) guna membicarakan perkembangan
situasi politik dan ekonomi terkini di wilayah provinsi paling ujung
barat Indonesia itu.
Keempat Duta Besar tersebut adalah Kai Jurgen Mikael Sauer dari Finlandia, Martin Bille Hermann (Denmark), Ewa Ulrika Polano (Swedia) dan Stig Traavik dari Norwegia. Setiba di Banda Aceh pukul 11.00 Wib kemarin, para Dubes segera meninjau situs tsunami, termasuk Kapal PLTD Apung di Punge Blang Cut.
Selanjutnya, sekitar pukul 14.30 Wib melakukan pertemuan dengan Gubernur Zaini Abdullah di Pendopo Gubernur Aceh. Turut hadir Pemangku Wali Nanggroe, Malek Mahmud dan Ketua Komisi A DPRA, Adnan Beuransah.
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Traavik menyatakan, negaranya berkeinginan mengikat kerjasama dengan Pemerintah Aceh di bidang kelautan, minyak dan gas, terutama dalam menyusun manajemen pengelolaannya.
Menurutnya, berbagai potensi kekayaan alam yang ada di Aceh saat ini harus memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan daerah. Stig Traavik berharap agar perempuan dilibatkan dalam pembangunan Aceh ke depan.
Ia mencontohkan, Norwegia menjadi negara yang kaya dan maju karena sebagian wanita di negara itu bekerja. "Demikian juga Aceh diharapkan juga bisa melibatkan wanita dalam setiap program pembangunan," harapnya.
Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Kai Jurgen Mikael Sauer, mewakili keempat Dubes negara-negara Skandinavia yang hadir, sangat berharap agar perdamaian Aceh dapat terus berlanjut ke depan, sejak dirintis mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisari lewat MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005 lalu.
Ia juga mempertanyakan tentang peran pemerintah dalam menjaga lingkungan hidup di Aceh. Selain masalah lingkungan, Kai Jurgen menanyakan beberapa hal lainnya terkait kondisi kekinian di Aceh. Di antaranya, perkembangan ekonomi pasca rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana tsunami.
Kai Jurgen memberi apresiasi keberhasilan pembangunan di Aceh pasca bencana tersebut dan menyatakan keinginan mempelajari perkembangan ekonomi di Aceh. "Saya berharap adanya pemanfaatan yang optimal terhadap Sumber Daya Alam (SDA). Karena Aceh memiliki SDA yang melimpah dan jika dimanfaatkan dengan baik, maka akan ada hasil yang optimal untuk menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh yang lebih baik," sebutnya.
Selanjutnya, diharapkan Aceh bisa menjaga dan mewariskan ragam kebudayaan yang dimiliki sebagai identitas daerah. "Pemerintah Aceh harus bisa menjaga kebudayaan dan terus ditumbuhkembangkan," ujarnya.
Sementara Gubernur Aceh, Zaini Abdullah menyampaikan terima kasih kepada negara-negara tersebut karena telah terlibat langsung dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascatsunami.
Menurut gubernur, setelah penandatanganan MoU Helsinki, Aceh telah mengalami perubahan cukup baik. Begitu juga dengan faktor keamanan. "Dengan perdamaian yang berlaku di Aceh, telah membuat Aceh bangkit," katanya.
Zaini juga mengatakan, penting membangun hubungan jangka panjang dengan semua pihak agar pembangunan Aceh berjalan dengan baik. Pada kesempatan itu, Gubernur Zaini menyampaikan beberapa hal yang terus didorong di dalam pembangunan Aceh. Di antaranya menyangkut lingkungan, kesejahteraan dan infrastruktur lainnya. "Kami akan terus menjalin hubungan kerjasama dalam membangun Aceh dengan negara Skandinavia," jelasnya.
Kempat Dubes rencananya juga bertemu dengan NGO dan jajaran Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh. Jamuan makan malam digelar di Meuligoe Gubernur dihadiri Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Kajati Aceh dan Ketua Pengadilan Tinggi Aceh. (mhd)
Keempat Duta Besar tersebut adalah Kai Jurgen Mikael Sauer dari Finlandia, Martin Bille Hermann (Denmark), Ewa Ulrika Polano (Swedia) dan Stig Traavik dari Norwegia. Setiba di Banda Aceh pukul 11.00 Wib kemarin, para Dubes segera meninjau situs tsunami, termasuk Kapal PLTD Apung di Punge Blang Cut.
Selanjutnya, sekitar pukul 14.30 Wib melakukan pertemuan dengan Gubernur Zaini Abdullah di Pendopo Gubernur Aceh. Turut hadir Pemangku Wali Nanggroe, Malek Mahmud dan Ketua Komisi A DPRA, Adnan Beuransah.
Duta Besar Norwegia untuk Indonesia, Stig Traavik menyatakan, negaranya berkeinginan mengikat kerjasama dengan Pemerintah Aceh di bidang kelautan, minyak dan gas, terutama dalam menyusun manajemen pengelolaannya.
Menurutnya, berbagai potensi kekayaan alam yang ada di Aceh saat ini harus memberikan banyak kontribusi bagi pembangunan daerah. Stig Traavik berharap agar perempuan dilibatkan dalam pembangunan Aceh ke depan.
Ia mencontohkan, Norwegia menjadi negara yang kaya dan maju karena sebagian wanita di negara itu bekerja. "Demikian juga Aceh diharapkan juga bisa melibatkan wanita dalam setiap program pembangunan," harapnya.
Duta Besar Finlandia untuk Indonesia, Kai Jurgen Mikael Sauer, mewakili keempat Dubes negara-negara Skandinavia yang hadir, sangat berharap agar perdamaian Aceh dapat terus berlanjut ke depan, sejak dirintis mantan Presiden Finlandia, Martti Ahtisari lewat MoU Helsinki pada 15 Agustus 2005 lalu.
Ia juga mempertanyakan tentang peran pemerintah dalam menjaga lingkungan hidup di Aceh. Selain masalah lingkungan, Kai Jurgen menanyakan beberapa hal lainnya terkait kondisi kekinian di Aceh. Di antaranya, perkembangan ekonomi pasca rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana tsunami.
Kai Jurgen memberi apresiasi keberhasilan pembangunan di Aceh pasca bencana tersebut dan menyatakan keinginan mempelajari perkembangan ekonomi di Aceh. "Saya berharap adanya pemanfaatan yang optimal terhadap Sumber Daya Alam (SDA). Karena Aceh memiliki SDA yang melimpah dan jika dimanfaatkan dengan baik, maka akan ada hasil yang optimal untuk menjadi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Aceh yang lebih baik," sebutnya.
Selanjutnya, diharapkan Aceh bisa menjaga dan mewariskan ragam kebudayaan yang dimiliki sebagai identitas daerah. "Pemerintah Aceh harus bisa menjaga kebudayaan dan terus ditumbuhkembangkan," ujarnya.
Sementara Gubernur Aceh, Zaini Abdullah menyampaikan terima kasih kepada negara-negara tersebut karena telah terlibat langsung dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pascatsunami.
Menurut gubernur, setelah penandatanganan MoU Helsinki, Aceh telah mengalami perubahan cukup baik. Begitu juga dengan faktor keamanan. "Dengan perdamaian yang berlaku di Aceh, telah membuat Aceh bangkit," katanya.
Zaini juga mengatakan, penting membangun hubungan jangka panjang dengan semua pihak agar pembangunan Aceh berjalan dengan baik. Pada kesempatan itu, Gubernur Zaini menyampaikan beberapa hal yang terus didorong di dalam pembangunan Aceh. Di antaranya menyangkut lingkungan, kesejahteraan dan infrastruktur lainnya. "Kami akan terus menjalin hubungan kerjasama dalam membangun Aceh dengan negara Skandinavia," jelasnya.
Kempat Dubes rencananya juga bertemu dengan NGO dan jajaran Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Aceh. Jamuan makan malam digelar di Meuligoe Gubernur dihadiri Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Kajati Aceh dan Ketua Pengadilan Tinggi Aceh. (mhd)
Sumber : Analisa Daily
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih