Wali Kota Lhokseumawe Suaidi Yahya mengatakan 4.000 rumah tangga di
kota ini akan dialiri gas bersumber dari sumur gas yang tidak lagi
dimanfaatkan ExxonMobil.
Untuk membangun infrastruktur termasuk pipanisasi ke rumah-rumah warga,
kata Suaidi, pemerintah pusat akan menggelontorkan dana APBN senilai
Rp60 miliar.
“Tahap pertama 4.000 rumah tangga, kita prioritaskan untuk rumah-rumah
warga di Kecamatan Muara Satu dan Muara Dua, karena dua kecamatan ini
dekat dengan sumur gas maupun pipa gas ExxonMobil,” kata Wali Kota
Suaidi saat konferensi pers di Lhokseumawe, Rabu, 13 Februari 2013.
Suaidi menyatakan telah membahas alokasi gas untuk 4.000 rumah tangga
Kota Lhokseumawe dengan Dirjen Migas Kementrian ESDM di Jakarta, Senin,
11 Februari 2013 lalu. Dalam pertemuan itu, kata dia, juga hadir
perwakilan ExxonMobil dan Medco Energy.
“Program ini akan dilaksanakan mulai tahun 2013 ini, tentunya dengan
menyiapkan berbagai sarana dan prasarana. Dan, pada 2014 nanti, Insya
Allah, gas sudah teraliri ke 4.000 rumah tangga tersebut,” katanya.
Menurut Suaidi, setelah pemerintah pusat membangun infrastruktur dengan
dana APBN Rp60 miliar, pengelolaan suplai gas ke rumah-rumah warga akan
diserahkan ke pemerintah daerah.
“Pemerintah ingin menjadikan Lhokseumawe sebagai salah satu kota gas
dalam artian kota yang energi utamanya adalah gas,” kata Suaidi.
“Penggunaan gas itu nantinya dapat menghemat biaya pemakaian 30 persen
lebih murah dibandingkan gas elpiji yang selama ini dipakai rumah
tangga. Lebih teknisnya soal biaya pemakaian gas itu akan diatur
kemudian setelah proses ini berjalan. Yang jelas sambungan pipa ke
rumah-rumah warga ditanggung pemerintah,” katanya.
Sebelumnya, Anggota Komite Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH
Migas) Ibrahim Hasyim mengatakan Lhokseumawe dan Aceh Utara berpotensi
menjadi kota gas, yaitu kota di mana energi utamanya adalah gas.
Tim dari BPH Migas, kata Ibrahim Hasyim, tengah mendata sumur-sumur gas yang sudah tua di Lhokseumawe dan Lhoksukon.
Nantinya pemerintah akan mendanai pembangunan infrastruktur agar sisa
gas dari sumur tua itu bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga.
Setelah diinventarisasi sumur-sumur tua yang cadangan gasnya tidak
banyak lagi, lalu BPH Migas melakukan pengkajian. Khusus di Aceh, kata
Ibrahim Hasyim, hanya untuk Lhokseumawe dan Lhoksukon.
Sedangkan luar Aceh, antara lain di Jambi dan daerah lain yang lokasi sumur gasnya dekat dengan perkotaan.
“Sedang dibuat pengkajian yang intinya bagaimana gas yang tinggal sedikit itu bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil di sekitarnya (sumur gas),” kata Ibrahim Hasyim kepada ATJEHPOSTcom seusai seminar dan dialog tentang “Perkembangan Industri Migas Nasional dan Aceh", di Aula Kantor Bupati Aceh Utara, Minggu, 13 Januari 2013.
“Sedang dibuat pengkajian yang intinya bagaimana gas yang tinggal sedikit itu bisa digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri kecil di sekitarnya (sumur gas),” kata Ibrahim Hasyim kepada ATJEHPOSTcom seusai seminar dan dialog tentang “Perkembangan Industri Migas Nasional dan Aceh", di Aula Kantor Bupati Aceh Utara, Minggu, 13 Januari 2013.
Setelah pemerintah pusat membangun infrastruktur, tambah Ibrahim
Hasyim, pengelolaan sumur-sumur tua itu nantinya diserahkan ke
pemerintah daerah. Misalnya, dikelola melalui Badan Usaha Milik
Daerah.
Sumber : Atjehpost.com
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih