Para siswa sedang menyusun kata dalam bahasa Jepang ‘kaizuna’ (persahabatan) dalam acara mengenang dua tahun tsunami Jepang di halaman SMP Negeri 1 Peukan Bada, Aceh Besar, Senin (11/3). |
Banda Aceh | Dua
tahun tsunami yang menerjang Jepang bukan hanya diperingati di negeri
Sakura, tapi juga di Aceh yang pernah merasakan musibah sama pada 24
Desember 2004. Peringatan dua tahun tsunami Jepang dilangsungkan di SMP
Negeri 1 Peukan Bada, Aceh Besar, Senin (11/3).
Peringatan ini merupakan bentuk solidaritas masyarakat Aceh untuk mengenang musibah yang terjadi di Jepang pada 11 Maret 2011.
"Ini merupakan upaya untuk memperkuat silaturahmi dan sebagai solidaritas kita sebagai rakyat Indonesia untuk rakyat Jepang," kata Siti Nurzuhara (14), siswi SMPN 1 Peukan Bada, Aceh Besar, saat mengenang dua tahun tsunami Jepang bersama seratusan siswa lainnya.
Dalam aksi solidaritas yang berlangsung sekitar pukul 14.00 WIB itu, seratusan siswa mulai tingkat SD, SMP dan SMA/sederajat di Banda Aceh dan Aceh Besar, terlihat berbaris layaknya menggelar upacara bendera.
Namun, ada yang berbeda, karena siswa yang menjadi protokol upacara dan pemimpin paduan suara mengenakan gaun khas Jepang, kimono. Dua lagu dilantunkan, yaitu "Omoiyari" yang berarti kasih sayang dan "Hanawasaku" atau bunga yang mekar. Lagu tersebut merupakan filosofi untuk membangkitkan kembali semangat.
Dalam penutupan upacara, para siswa membentangkan kain merah yang membentuk sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu ‘kaizuna’ yang berarti persahabatan.
"Melalui aksi ini kami ingin mengajak anak-anak Jepang untuk bangkit dan menata masa depan kembali bersama-sama," kata Siti yang juga mengenakan gaun kimono dipadukan jilbab.
Siswi kelas tiga itu juga mengaku mempunyai beberapa kenalan pelajar dari Jepang karena siswa asal ‘Negeri Sakura’ itu pernah berkunjung ke sekolahnya untuk berbagi pengalaman menyangkut musibah tsunami.
Hingga saat ini, Siti masih berkomunikasi dengan mereka, baik melalui surat elektronik maupun media sosial. "Kami berbagi informasi dengan menanyakan bagaimana perkembangan mereka, demikian juga sebaliknya," ujarnya.
Tersanjung
Sementara, Konsul Jenderal (Konjen) Jepang di Medan, Yuji Hamada yang juga mengikuti acara itu mengaku senang dan tersanjung serta mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh yang sudah memperingati dua tahun tsunami Jepang.
Menurutnya, Aceh dan Jepang harus terus melakukan persahabatan karena keduanya berada di kawasan rawan bencana gempa dan tsunami. Dia menginginkan keduanya sama-sama belajar tentang bencana.
Yuji Hamada juga mengakui, masyarakat Jepang banyak belajar dari masyarakat Aceh untuk bangkit setelah musibah besar itu. "Banyak rakyat Jepang melakukan analisa penanganan bencana di Aceh dan kemudian mengadopsinya," ujarnya.
Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan kerja sama dengan Indonesia, khususnya Aceh, dan bukan hanya menyangkut masalah kebencanaan, tapi juga di bidang lainnya baik pendidikan maupun teknologi.
"Ini merupakan upaya untuk memperkuat silaturahmi dan sebagai solidaritas kita sebagai rakyat Indonesia untuk rakyat Jepang," kata Siti Nurzuhara (14), siswi SMPN 1 Peukan Bada, Aceh Besar, saat mengenang dua tahun tsunami Jepang bersama seratusan siswa lainnya.
Dalam aksi solidaritas yang berlangsung sekitar pukul 14.00 WIB itu, seratusan siswa mulai tingkat SD, SMP dan SMA/sederajat di Banda Aceh dan Aceh Besar, terlihat berbaris layaknya menggelar upacara bendera.
Namun, ada yang berbeda, karena siswa yang menjadi protokol upacara dan pemimpin paduan suara mengenakan gaun khas Jepang, kimono. Dua lagu dilantunkan, yaitu "Omoiyari" yang berarti kasih sayang dan "Hanawasaku" atau bunga yang mekar. Lagu tersebut merupakan filosofi untuk membangkitkan kembali semangat.
Dalam penutupan upacara, para siswa membentangkan kain merah yang membentuk sebuah kata dalam bahasa Jepang, yaitu ‘kaizuna’ yang berarti persahabatan.
"Melalui aksi ini kami ingin mengajak anak-anak Jepang untuk bangkit dan menata masa depan kembali bersama-sama," kata Siti yang juga mengenakan gaun kimono dipadukan jilbab.
Siswi kelas tiga itu juga mengaku mempunyai beberapa kenalan pelajar dari Jepang karena siswa asal ‘Negeri Sakura’ itu pernah berkunjung ke sekolahnya untuk berbagi pengalaman menyangkut musibah tsunami.
Hingga saat ini, Siti masih berkomunikasi dengan mereka, baik melalui surat elektronik maupun media sosial. "Kami berbagi informasi dengan menanyakan bagaimana perkembangan mereka, demikian juga sebaliknya," ujarnya.
Tersanjung
Sementara, Konsul Jenderal (Konjen) Jepang di Medan, Yuji Hamada yang juga mengikuti acara itu mengaku senang dan tersanjung serta mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Aceh yang sudah memperingati dua tahun tsunami Jepang.
Menurutnya, Aceh dan Jepang harus terus melakukan persahabatan karena keduanya berada di kawasan rawan bencana gempa dan tsunami. Dia menginginkan keduanya sama-sama belajar tentang bencana.
Yuji Hamada juga mengakui, masyarakat Jepang banyak belajar dari masyarakat Aceh untuk bangkit setelah musibah besar itu. "Banyak rakyat Jepang melakukan analisa penanganan bencana di Aceh dan kemudian mengadopsinya," ujarnya.
Untuk itu, pihaknya akan terus melakukan kerja sama dengan Indonesia, khususnya Aceh, dan bukan hanya menyangkut masalah kebencanaan, tapi juga di bidang lainnya baik pendidikan maupun teknologi.
Sumber : Analisa Daily
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih