Banda Aceh | “Banyak
putra-putra terbaik Aceh dengan tekad merdeka atau syahid yang begabung
di bawah komando GAM pada saat itu dan setelah damai GAM mendirikan
partai politik sebagai kelanjutan alat perjuangan dengan doktrin Meukuta
Alam Al-Asyi.”
Demikian kenang Ketua Majelis Tuha Peuet
Partai Aceh, Malek Mahmud, pada pelantikan pengurus DPA Partai Aceh
kemarin, Minggu (24/3/2013) di Taman Ratu Safiatuddin, Banda Aceh.
Selain itu, ia juga menghimbau seluruh
kader untuk menguatkan PA sebagai alat politik demi memperjuangkan
cita-cita rakyat Aceh mengingat PA adalah partai yang lahir dari air
mata, keringat dan darah rakyat Aceh.
Tak hanya kepada kader PA, Malek Mahmud
juga mengajak masyarakat Aceh untuk bahu membahu perkuat Aceh agar tetap
satu, saling bersaudara dan menguatkan ulama serta umara dalam ukhuwah
Islamiah demi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Aceh.
Malek juga mengakui bahwa paska MoU
Helsinki memang masih banyak hak-hak keluarga syuhada yang berjuang
untuk Aceh selama ini belum sepenuhnya terperhatikan oleh PA sendiri
khususnya, namun perhatian ke arah sana tetaplah menjadi prioritas bagi
PA.
Malek menambahkan bahwa wilayah Aceh
terhampar dari Sabang hingga Singkil, termasuk di dalamnya Gayo dan
Tamiang serta pulau-pulau lainnya.” Itu sesuai dengan peta nasional,”
tegasnya.
Mengenai Bendera dan Lambang yang baru
saja disahkan oleh DPRA, Malek Mahmud merasa sedih ketika kedua
identitas Aceh tersebut dipersoalkan oleh pihak pusat.
Menurutnya, bendera adalah lambang
perdamaian Aceh dengan NKRI. “Dimana-mana nantinya akan bersanding
pengibarannya (dengan bendera merah putih-red). Dulu bendera merah putih
dibawa lari saat daerah lain dijajah, tapi tidak di Aceh dan Aceh
adalah de facto Indonesia saat daerah lain sudah direbut Belanda,” paparnya.
Selanjutnya menurut Malek Mahmud,
lambang dan bendera adalah hak dan kebanggaan rakyat Aceh dan Aceh
meminta hal itu tidaklah harus dipersoalkan. “No more conflic and I still in NKRI,” ungkapnya meyakinkan pemerintah pusat.
Sebelumnya Malek Mahmud menyatakan bahwa
Sunarko selaku Dewan Penasehat DPP Partai Gerindra sudah dianggap
sebagai anak Aceh dan untuk memperjuangkan lambang dan bendera di
tingkat pusat sudah sangat layak berada di tangan Sunarko. “Itu tugas
Pak Sunarko untuk melobi pihak pusat yang belum mengerti arti sejarah,”
ujar Malek di akhir sambutannya.
Sumber : Atjeh Link
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih