BANDA ACEH | Menteri Agama Malaysia, Dato Seri Jamil Khir bin Baharom
bersama istri dan rombongan yang berjumlah lebih dari 20 orang
melakukan pertemuan dengan Gubernur dr Zaini Abdullah di Pendapa
Gubernur Aceh, Rabu (3/9) siang.
Dalam pertemuan itu, Menteri
Agama Malaysia menyatakan, kunjungannya ke Aceh kemarin merupakan yang
kedua kalinya. Delapan tahun lalu Dato Seri Jamil datang saat Aceh dalam
masa rehab-rekons pascatsunami. Kali ini ia datang untuk melihat
kemajuan pembangunan, terutama pelaksanaan syariat Islam, pendidikan,
dan pemberdayaan ekonomi masyarakat Aceh.
“Kami ingin mendengar
langsung dari Gubernur Aceh dan pajabat terkait mengenai hal tersebut,
sebagaimana kami sampaikan di awal pertemuan,” kata Menteri Agama
Malaysia itu dalam pertemuan silaturahmi dengan gubernur dan pejabat
teknis di jajaran Pemerintah Aceh.
Gubernur Zaini Abdullah pun
dengan penuh semangat menerangkan bahwa perkembangan pembangunan Aceh di
berbagai bidang pascakonflik dan tsunami, sudah banyak kemajuannya.
Apakah itu pembangunan infrastruktur, pendidikan, ekonomi, maupun agama,
terutama dalam penerapan pelaksanaan syariat Islam.
“Fokus yang
kita kedepankan dalam pelaksanaan syariat Islam di Aceh, tidak hanya
hukuman bagi yang melanggarnya, tapi juga upaya memajukan pendidikan,
pelayanan kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi masyarakat yang harus
mengacu kepada asas islami,” kata Zaini Abdullah.
Menurutnya,
negara-negara donatur yang pernah membantu Aceh pada fase rehab-rekons
delapan tahun lalu, banyak yang terkejut melihat perkembangan
pembangunan infrastruktur Aceh yang sangat pesat.
Bahkan, beberapa
di antara mereka datang kembali ke Aceh untuk belajar dan ingin
mengetahui kebijakan dan kiat apa yang dilakukan Pemerintah Aceh bersama
elemen masyarakatnya untuk membuat Aceh cepat bangkit dan terlihat
lebih maju. Apakah itu di bidang perdamaian dan reintegrasi, maupun
percepatan pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, ekonomi,
dan lainnya.
Kemajuan Aceh yang sangat pesat ini, ulas Gubernur
Zaini, berkat bantuan dari berbagai negara di belahan dunia, termasuk
Malaysia.
Meski Aceh sudah mengalami perubahan dan kemajuan yang
sangat pesat, kata Zaini, tapi kemajuan yang dicapai saat ini masih
perlu terus ditingkatkan lagi. “Pemerintah Aceh bersama masyarakatnya,
perlu bekerja lebih keras lagi, untuk mengatasi ketertinggalan
pembangunannya dari daerah lainnya di Indonesia. Sebagai contoh,
ketertinggalan Aceh dari provinsi tetangganya, Sumut, saja masih sangat
jauh,” kata gubernur.
Menanggapi penjelasan Gubernur Aceh
tersebut, Menteri Agama Malaysia, Dato Seri Jamil Khir bin Baharom
mengatakan, kendati Aceh masih tertinggal dari daerah tetangganya, tapi
untuk beberapa hal pihak luar harus belajar dari Aceh.
Alasannya,
karena kemajuan yang dicapai masyarakat Aceh dalam pelaksanaan
penegakan syariat Islam, cukup pesat. “Ini yang membuat daerah lain
harus belajar pada Aceh, termasuk kami dari Malaysia.
Orang Malaysia, banyak belajar ke Aceh, terutama ke UIN Ar-Raniry,” kata Menteri Dato Seri Jamil.
Secara
spesifik Dato Seri Jamil menyebut bahwa kedatangannya ke Aceh bersama
rombongan besar adalah untuk belajar banyak tentang penegakan syariat
Islam di Aceh.
Setelah bersilaturahmi dengan Gubernur Aceh di
pendapa, Dato Seri Jamil dan rombongan akan melanjutkan pertemuan pada
hari kedua dengan Kakanwil Kemenag Aceh, kemudian Mahkamah Syar’iyah
Aceh.
Setelah itu, rombongan ini akan menunaikan shalat Asar
berjamaah di Masjid Raya Baiturahman, sekalian menyerahkan bantuan.
Selanjutnya akan dilakukan jamuan makan bersama di Hotel Hermes dengan
Persatuan Kebangsaan Pelajar Malaysia yang sedang menuntut ilmu di Banda
Aceh.
Pertemuan silaturrahmi antara Menteri Agama Malaysia dengan
Gubernur Aceh itu berjalan singkat. Kehadiran Menteri Agama Malaysia
itu disambut hangat oleh Pemerintah Aceh. Gubernur Zaini memerintahkan
jajarannya untuk melayani tamu penting dari Malaysia itu dengan prima.
“Layani tamu kita ini dengan baik karena itu merupakan adat kita di
Aceh. Setiap tamu yang datang harus dimuliakan,” kata Zaini Abdullah.
Di
akhir pertemuan, kedua belah pihak saling memberikan sejumlah
cenderamata yang telah dipersiapkan. Gubernur Aceh memberikan plakat
lambang Aceh yang bergambar Masjid Raya Baiturrahman, sedangkan Menteri
Agama Malaysia memberikan tiga tanda mata. Di antaranya, kitab suci
Alquran dalam kotak berukir dan kain sutra. (her) | Serambi Indonesia
No comments:
Post a Comment
Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih