Adsense

Sunday, March 24, 2013

Warga Aceh di Penang Peringati Maulid Nabi

SURIADI ST, MSc

OLEH SURIADI ST, MSc, kandidat PhD pada School of Electrical and Electronic, University Science Malaysia, melaporkan dari Penang

SUDAH menjadi kebiasaan masyarakat Aceh di mana pun berada mereka selalu memperingati hari kelahiran Nabi Muhammad saw yang sering disebut moloud dalam masa tiga sampai empat bulan dari 12 Rabiul Awal setiap tahun. Masa ini sering disebut “moloud awai, teungoh, dan moloud akhe”.

Dengan tradisi seperti itu, pada 17 Maret 2013 telah kami peringati moloud di seantero Penang, Malaysia. Terselenggara atas kerja sama berbagai komponen masyarakat Aceh seperti pedagang, pelajar, pekerja, serta tokoh-tokoh masyarakat Melayu Aceh di Penang.

Dalam acara itu ikut ditampilkan dike (zikir) Aceh oleh Grup Asoe Donya Taman Ria Sungai Patani Kedah. Grup dike ini terdiri atas orang-orang Aceh yang sudah lama tinggal di Malaysia.

Sekitar 2.000 orang undangan hadir. Mereka masyarakat Aceh dari seluruh pelosok Penang dan sekitarnya, seperti dari Sungai Patani, Taman Pelangi seberang Perai dan Sungai Tiram. Juga hadir tokoh masyarakat Aceh generasi ketiga dan keempat seperti Tuan Haji Abdul Malek bin Haji Muhammad Thaib, Tgk Abd Rahman, serta saudara-saudara mereka dari Kampung Yan Aceh, Kedah.

Panitia yang diketuai Tgk Haji Umar Rafsanjani menyediakan jamuan makan khas Aceh seperti kuah beulangong boh labu, kuah sie puteh, serta rujak Aceh. Juga ada timphan (lepat khas Aceh). Peringatan molod akbar ini menelan biaya sekitar RM 15.000 (Rp 45.000.000). Maklum, panitia menyembelih tiga lembu hasil kerja sama masyarakat di “limong sagoe” Pulau Penang, meliputi: Sagoe Universiti Sains Malaysia, Bayan Baru, Bayan Lepas, Relau, dan Sagoe Bukit Jambul.

Dalam sambutannya tokoh masyarakat Aceh diwakili Yang Berbahagia Tuan Haji Abdul Malek bin Haji Muhammad Thaib banyak menceritakan sejarah orang Aceh pergi ke Malaysia pada zaman dulu dalam bahasa Aceh yang fasih. Bahwa masyarakat Aceh yang berdiam di Kampung Yan Aceh dulunya membuat satu kumpulan yang dinamai “Pakatan Dala’e”. Pakatan ini dulu bergerak dalam pengumpulan dana membeli senjata di Penang untuk dikirim ke Aceh melawan penjajahan Belanda.

Dalam perjalanannya, datang seorang ulama dari Lamno bernama Tgk Abdul Jalil Lamno yang ingin menimba ilmu ke Pakistan. Sesampainya di Kampung Yan Aceh beliau sarankan jangan lagi beli senjata untuk Aceh, melainkan dirikan saja sekolah. Maka didirikanlah sebuah sekolah oleh Tgk Abdul Jalil Lamno yang sampai sekarang masih ada.

Untuk keberlanjutannya, masyarakat Kampung Yan Aceh menyerahkan sekolah tersebut kepada Kerajaan Negeri (Pemerintah Daerah) untuk dimajukan. Setelah diambil alih oleh kerajaan negeri, maka sekolah tersebut diberi nama Sekolah Agama Makhtab Mahmud. Maktab Mahmud itu didirikan di atas tanah milik orang Aceh yang dulunya disumbangkan dalam bentuk tanah dan uang.

Beliau berkisah, dulu kalau diadakan kenduri moloud di Kampung Yan Aceh selalu habis dua ekor lembu. Tapi sekarang seekor kambing pun belum tentu habis, karena minimnya sudah warga Aceh di kampung ini.

Sekarang di Kampung Yan Aceh hanya tersisa 40 kepala keluarga lagi, mendiami rumah-rumah milik mereka, sedangkan yang lainnya kosong.i akhir pembicaraan beliau berharap orang-orang Aceh yang sudah berhasil agar kembali lagi ke perkampungan endatu mereka, menghidupkan kembali Kampung Yan Aceh.

Acara itu kemudian dilanjutkan dengan tausiah tentang kelahiran Nabi Besar Muhammad saw oleh Tgk Drs H Mudawali. Putra Aceh yang sudah menetap di Kuala Kansar, Perak ini dalam tausiahnya mengupas makna peringatan maulid nabi. Tausiahnya dalam bahasa Aceh campur Melayu. Soalnya, dalam acara itu juga hadir masyarakat Melayu seperti Datok Ismail (Imam Masjid Bayan Lepas), Ustaz Rasyid (Imam Masjid Bukit Jambul), dan pihak Kepolisian Malaysia.

Menurut Tgk Mudawali, setiap tahun kita peringati hari kelahiran Nabi Muhammad saw dan tidak pernah kita peringati hari kematiannya. Hal ini bermakna Nabi Muhammad tak pernah mati, melainkan terus hidup dalam bentuk ajarannya, yaitu Islam. Untuk itu, beliau ajak semua masyarakat Aceh mengikuti tingkah laku Nabi Muhammad untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

[email penulis: suriadi_ali@elektro.unsyiah.ac.id]

Sumber : Serambinews

No comments:

Post a Comment

Berikan komentar Anda untuk menilai setiap isi postingan, Admin melarang keras komentar yang berisi hal Porno,SARA/Rasis.
Terimakasih